Memaparkan catatan dengan label .: perkongsian :.. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label .: perkongsian :.. Papar semua catatan

Ajaklah...



Dalam kehangatan memburu Malam Al-Qadr, kita mungkin terlupa untuk 'mengajak'.

Mengajak dalam erti kata menyeru bersama-sama melakukan sesuatu amalan kebaikan.
Kita diseru mengajak saudara kita dalam melakukan kebaikan dan menghindari dari mengajak ke arah kebatilan.

Lupakah kita akan pahala dalam 'mengajak' saudara kita bersama-sama dalam melakukan amalan kebaikan.
Mungkin dek kerana perlumbaan yang terlalu laju dalam mengerjakan amalan sehingga kita tertinggal dan terlupa saudara sekeliling kita.

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Sahihnya, hadis dari sahabat Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah Radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya”
(HR. Muslim no. 1893).

Sesungguhnya berlumba dalam mengejarkan amalan kebaikan tidaklah menoktahkan kita dalam mengajak saudara kita dalam melakukan amalan kebaikan.
Boleh jadi, amalan yang kita lakukan ada compang-campingya, moga-moga dengan keberkatan kita mengajak saudara kita dalam mengerjakan amalan kebaikan,
maka Allah tampal kekurangan itu dengan kebaikan yang saudara kita lakukan bersama.


Boleh jadi pada ketika itu saudara kita dalam keadaan iman yang lesu,
maka boleh jadi dengan ajakan dari kita, Allah bangunkan semula imannya. Masya Allah, besar ganjaran yang Allah kurniakan.
In Shaa Allah.

Oleh itu,

Wahai...
Sahabat, ajaklah sahabatmu,
Ahli rumah, ajaklah ahli rumahmu,
Suami, ajaklah isterimu
Ayah, ajaklah anakmu
Jiran, ajaklah jiranmu
Anak, ajaklah ayah dan ibumu.
..., ajaklah ...

Sesungguhnya contoh terbaik yang kita boleh ikut adalah bagaimana keadaan Rasulullah SAW dalam beramal.
Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Aisyah RA pernah berkata yang artinya:


“Rasulullah Saw ketika sudah memasuki 10 hari terakhir Ramadhan mengencangkan kainnya,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya
- demikianlah lafadz al Bukhari”.

Ingatlah...
Kita ini hidup bersaudara, kita sendiri kadang berada di bawah dan turut menagih ajakan saudara kita dalam melakukan kebaikan.
Benar bukan?

Jom jadi salah seorang penyebar kebaikan...

Memori silam vs Pergerakan Kehidupan


Percaya atau tidak, memori silam amat berkait rapat dengan pergerakan dalam kehidupan anda.

Kedua-duanya seolah berlumba dalam mempengaruhi kehidupan seseorang. Siapa yang memenangi perlumbaan ini seolah-olah mendapat kuasa penuh dalam mencorak kehidupan seseorang.

Sebagai contoh :

1) Seseorang yang laju bergerak dalam kehidupannya, dengan maksud sentiasa memperbaiki diri, sentiasa melakukan amalan-amalan yang positif dan baik, melakukan perkara yang menjadi nilai tambah dalam hidupnya, menjadikan memori silam seolah kehilangan tempat dalam mempengaruhi dirinya.

2) Sedangkan manusia yang banyak bersendirian,tidak bergerak dalam kehidupannya,malah tiada nilai tambah dalam kehidupannya, akan sentiasa meniti dalam fikirannya akan memori-memori silamnya. Konflik identiti banyak dihadapi oleh golongan-golongan ini.

Sesungguhnya seseorang yang banyak melihat zaman silamnya kadang menjadikan dirinya 'slow' dalam pergerakan kehidupannya. Kadang-kadang mereka seolah mahu kembali kepada zaman silamnya kerana boleh jadi ada sesuatu yang menarik minatnya untuk memikirkan zaman itu.

Manusia yang suka membandingkan kejayaan atau 'sifat' yang dirasakan dahulu lebih baik dari sekarang sebenarnya berada dalam konflik identiti yang hebat. Mereka mudah merasa 'down' bila mana dirasakan seolah berlaku perubahan drastik dalam kehidupannya lebih-lebih lagi jika perubahan itu dilihat adalah perubahan yang ke arah negatif.

Jadi,apa yang perlu dilakukan???

1. Menyedari bahawa maksud kehidupan adalah yang sekarang bukan yang dahulu. Diri kita adalah yang sekarang, dan bukan yang dahulu.

2. Bandingkan diri anda dengan diri anda pada masa akan datang. Sudah tentu diri anda sekarang menjadi corak akan diri anda pada masa akan datang.

3. Bergeraklah dan teruskan bergerak. Jangan biarkan memori silam memintas perlumbaan kehidupan anda.

4. Katakan selamat tinggal kepada memori silam anda. Jika dahulunya anda baik ataupun jahat, tidak menjejaskan
langsung akan diri anda pada masa sekarang mahupun masa akan datang. Kerana manusia itu sifatnya berubah-ubah.

5. Lakukanlah pelbagai perkara yang boleh menjadi nilai tambah dalam kehidupan anda. Lebih-lebih lagi jika anda seorang pemuda.

Ayuh kita berlari...
Tinggalkan memori silam...
Bersama kita membina memori-memori indah yang baru.



Cara mendidik diri untuk menangis kepada ALLAH.



Banyakkanlah olehmu menangis daripada ketawa ketika hidup di dunia. dan beruntunglah orang yang banyak menangis ketika hidupnya.dan orang yang banyak menangis keranaNYA adalah orang yang dekat dengan TUHANNYA.

Cara mendidik diri untuk menangis keranaNYA :
  1.  Dengar alunan bacaan Al-Quran dari qariah-qariah yang kita minati dan yang merdu suaranya. 
  2.  Baca dan hayati kisah hidup Rasulullah SAW. Teliti dan hayati bagaimana perit dan jerih baginda dalam memartabat dan memperjuangkan Islam.
  3.  Rajin-rajinlah menziarahi hospital dan melihat orang-orang yang ALLAH uji diri mereka dengan sesuatu penyakit dan bandingkan dengan diri kita.
  4.  Sentiasalah menziarahi kuburan-kuburan agar kita sedar akan hakikat kehidupan kita yang hanya sementara dan tentunya pasti akan MATI.
  5.  Membaca berita-berita semasa berkenaan Negara-negara dan keadaan dunia yang mana ALLAH TAALA timpakan ujian dan mungkin peringatan kepadanya.
  6. Menonton filem-filem yang dapat member manfaat kepada kita dan dapat merasai akan segala kekuasaanNYA.

Moga-moga ALLAH membuka dan melembutkan hati kita…

Akhlak Ahlullah.

Berakhlak dengan Akhlak Al Quran

Orang yang menghapal Al Quran hendaklah berakhlak dengan akhlak Al Quran. Seperti Nabi Muhammad Saw. Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab: “Akhlak Nabi Saw adalah Al Quran”. Penghapal Al Quran harus menjadi kaca yang padanya orang dapat melihat aqidah Al Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya, dan agar ia membaca Al Quran dan ayat-ayat itu sesuai dengan perilakunya, bukannya ia membaca Al Quran namun ayat-ayat Al Quran melaknatnya.

Dari Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca (menghapal) Al Quran, berarti ia telah memasukkan kenabian dalam dirinya, hanya saja Al Quran tidak diwahyukan langsung kepadanya. Tidak sepantasnya seorang penghapal Al Quran ikut marah bersama orang yang marah, dan ikut bodoh bersama orang yang bodoh, sementara dalam dirinya ada hapalan Al Quran “.

Makna kata “yajidu” adalah dari al wajd atau al wijdan, yang berarti: amat marah atau amat sedih. Dengan pengertian ia dikuasai oleh perasaannya, dan hal itu mempengaruhi perilakunya.

Ibnu Mas`ud r.a. berkata: penghapal Al Quran harus dikenal dengan malamnya saat manusia tidur, dan dengan siangnya saat manusia sedang tertawa, dengan diamnya saat manusia berbicara, dan dengan khusyu`nya saat manusia gelisah. Penghapal Al Quran harus tenang dan lembut, tidak keras, tidak sombong, tidak bersuara kasar atau berisik dan tidak cepat marah.

Ibnu Mas`ud r.a. seakan sedang berbicara kepada dirinya sendiri, karena ia adalah salah seorang imam penghapal Al Quran, dan ia menjadi orang yang betul-betul sesuai dengan prediket penghapal Al Quran. Ibnu Mas`ud juga mengecam orang-orang yang: Al Quran diturunkan kepada mereka agar mereka mengamalkan isinya, namun ia hanya menjadikan kegiatan mempelajari Al Quran itu sebagai amalnya! Salah seorang dari mereka dapat membaca Al Quran dari awal hingga akhirnya tanpa salah satu huruf-pun, namun ia tidak mengamalkan apa yang terdapat dalam Al Quran itu!

Seorang zahid yang terkenal; Fudhail bin `Iyadh, berkata: pembawa (penghapal) Al Quran adalah pembawa bendera Islam, maka ia tidak boleh bermain-main bersama orang-orang yang senang bermain, tidak lupa diri bersama orang yang lupa diri dan tidak bercanda bersama orang yang bercanda, sebagai bentuk penghormatan terhadap hak Al Quran.

Ia berkata: seorang penghapal Al Quran harus tidak butuh kepada orang lain, tidak kepada para khalifah, dan tidak pula kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Sebaliknya, ia harus menjadi tumpuan kebutuhan orang.

Sebagian salaf berkata: “ada seorang hamba yang saat memulai membaca satu surah Al Quran, maka malaikat akan terus berdoa baginya hingga ia selesai membacanya. Dan ada orang yang membaca satu surah Al Quran, namun malaikat terus melaknatnya hingga ia selesai membacanya”. Seseorang bertanya kepadanya: “mengapa bisa terjadi seperti itu?”. ia menjawab: “Jika ia menghalalkan apa yang dihalalkan Al Quran dan mengharamkan apa yang diharamkan Al Quran maka malaikat akan berdoa baginya, namun jika sebaliknya maka malaikat akan melaknatnya!”.

Sebagian ulama berkata: ada seseorang yang membaca Al Quran dan ia sedang melaknat dirinya sendiri, dengan tanpa sadar. Ia membaca: “ala la`natullah `ala azh zhaalimiin” (sesungguhnya laknat Allah diberikan kepada orang-orang zalim), sementara ia adalah orang yang zalim! dan membaca “ ala la`natullah ala al mukdzibiin” (sesunguhnya laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta), sementara ia termasuk golongan yang mendustakan itu!

Inilah makna perkata Anas bin Malik r.a.: Ada orang yang membaca Al Quran, dan Al Quran itu melaknatnya! Al Hasan berkata: Kalian menjadikan membaca Al Quran sebagai stasion-stasion, dan menjadikan malam sebagai unta (kendaraan), yang kalian kendarai, dan dengannya kalian melewati stasion-stasion itu. sementara orang-orang sebelum kalian jika melihat risalah-risalah dari Rabb mereka, maka mereka segera mentadabburinya pada malam hari, dan melaksanakan isinya pada siang hari!

Maisarah berkata: Yang aneh adalah Al Quran yang terdapat dalam diri orang yang senang melakukan perbuatan dosa! Keanehan itu terjadi karena Al Quran berada di satu lembah, sementara akhlak penghapal Al Quran itu dan perilakunya berada di lembah lain! Abu Sulaiman Ad Daarani berkata: Neraka Zabbaniah lebih cepat dimasuki oleh penghapal Al Quran –yang melakukan maksiat kepada Allah SWT—dibandingkan penyembah berhala, saat mereka melakukan maksiat kepada Allah SWT setelah membaca Al Quran!

Sebagian ulama berkata: Jika seorang anak Adam membaca Al Quran kemudian ia berlaku buruk, setelah itu ia kembali membaca Al Quran, Dia berkata kepada orang itu: “Apa hakmu membaca firman-Ku, sementara engkau berpaling dari-Ku?!”. Ibnu Rimah berkata: Aku menyesal telah menghapal Al Quran, karena aku mendengar bahwa orang-orang yang menghapal Al Quran akan ditanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan sama yang diajukan kepada para Nabi pada hari kiamat!.

Tidak aneh jika para penghapal Al Quran dari kalangan sahabat adalah mereka yang berada di barisan pertama saat shalat di Masjid, yang berada di garis terdepan saat jihad, dan orang yang pertama melakukan kebaikan di tengah masyarakat. Dalam sebagian peperangan perluasan wilayah Islam, ada orang yang berteriak: wahai para penghapal surah Al Baqarah, hari ini sihir tidak telah lenyap! Seperti terjadi pada perang Yamamah yang terkenal dan dalam perang melawan kelompok murtad. Huzaifah berkata pada hari yang menegangkan itu: wahai para penghapal Al Quran, hiasilah Al Quran dengan amal perbuatan kalian. Pada hari Yamamah (peperangan melawan gerakan riddah) Salim maula Abi Huzaifah, saat ia membawa bendera pasukan Islam, ditanya oleh kaum Muhajirin: “Apakah engkau tidak takut jika kami berjalan di belakangmu?” Ia menjawab: “Sepaling jelek penghapal adalah aku, jika aku sampai berjalan di belakang kalian dalam perang ini!”.

Dalam peperangan Yamamah, saat memerangi Musailimah al Kazzab, sejumlah besar penghapal Al Quran mendapatkan mati syahid, karena mereka selalu berada di barisan terdepan. Hingga ada yang mengatakan: mereka berjumlah tujuh ratus orang. Inilah yang mendorong dilakukannya pembukuan Al Quran, karena ditakutkan para penghapal Al Quran habis dalam medan jihad.

Cara menghapal mereka membantu mereka untuk melaksanakan isi Al Quran itu. Perhatian mereka tidak hanya untuk menghapal kalimat-kalimat dalam Al Quran itu saja. Namun yang mereka perhatikan adalah memahami makna dan mengikutinya, baik dalam bagian perintah maupun larangan.

Imam Abu Amru Ad Dani menulis dalam kitabnya “Al Bayan” dengan sanadnya  dari Utsman dan Ibnu Mas`ud serta Ubay r.a.: Rasulullah SAW membacakan kepada mereka sepuluh ayat, dan mereka tidak meninggalkan ayat itu untuk menghapal sepuluh ayat selanjutnya, hingga mereka telah belajar untuk menjalankan apa yang yang terdapat dalam sepuluh ayat itu. Mereka berkata: kami mempelajari Al Quran dan beramal dengannya sekaligus.

Abdurrazzaq meriwayatkan dalam Mushannafnya dari Abdurrahman As Sulami, ia berkata: Kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran, tidak akan mempelajari sepuluh ayat selanjutnya, hingga kami mengetahui halal dan haramnya, serta perintah dan larangannya (terlebih dahulu).

Dalam kitab Muwath-tha Malik ia mengatakan: disampaikan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar mempelajari surah Al Baqarah selama delapan tahun. Hal itu terjadi karena ia mempelajarinya untuk kemudian mengamalkan kandungannya, ia memerintahkan dengan perintahnya, dan melarang dari larangan-larangannya, dan berhenti pada batas-batas yang diberikan oleh Allah SWT.

Oleh karena itu Ibnu Mas`ud berkata: Kami merasa kesulitan menghapal Al Quran, namun kami mudah menjalankan isinya. Sedangkan orang setelah kami merasakan mudah menghapal kalimat-kalimat Al Quran, namun mereka kesulitan untuk menjalankan isinya.

Dari Ibnu Umar ia berkata: Orang yang mulia dari sahabat Rasulullah SAW dari generasi pertama umat ini, hanya menghapal satu surah dan sejenisnya, namun mereka diberikan rezki untuk beramal sesuai dengan Al Quran. Sementara generasi akhir dari umat ini, mereka membaca Al Quran, dari anak kecil hingga orang buta, namun mereka tidak diberikan rezki untuk mengamalkan isinya!

Mu`adz bin Jabal berkata: “Pelajarilah apa yang kalian hendaki untuk diketahui, namun Allah SWT tidak akan memberikan pahala kepada kalian hingga kalian beramal!”.

http://layananquran.com/index.php?option=com_content&task=view&id=202&Itemid=9

KISAH SEKEPING HATI

Suatu ketika, seorang pemuda yang tampan berdiri di tengah-tengah kota dan mendakwa bahawa dia memiliki sekeping hati yang paling cantik. Lalu diangkat hatinya setinggi yang boleh agar kilauan dari hati yang indah itu dapat dilihat oleh orang lain di sekitarnya.

Tersebar bicara kekaguman orang ramai. Sememangnya hati pemuda itu, tiada cacat celanya. Tidak carik walau sedikitpun. Permukaannya licin sempurna. Warnanya juga segar dan menyerlah pesona seorang anak muda.

Pemuda tampan itu mulai merasa bangga dengan pujian yang diterima. Sorakannya semakin kuat mewar-warkan betapa indah sekeping hati yang dimilikinya.

Tiba-tiba, di tengah-tengah keriuhan itu, muncul seorang tua. Langkahnya perlahan menuju ke arah pemuda tampan. Lagaknya, seolah dia mahu membicarakan sesuatu.

“Wahai anak muda, mengapa kulihat hatimu hampir tidak seindah hatiku?” Orang tua tersebut bertanya dalam nada suara yang agak lemah tetapi penuh keyakinan. Orang ramai dan si pemuda mulai berkeliling mengerumuni orang tua.

Mereka mendengar degup yang kuat tercetus dari hatinya, tetapi hati itu dipenuhi luka. Di satu sisi, kelihatan permukaannya bertampal-tampal. Ada potongan hati yang diambil dan potongan yang lain dimasukkan ke dalamnya, tetapi ia kelihatan tidak berpadanan. Pada satu sudut yang lain, terdapat pula beberapa tanda patah. Bahkan, di beberapa tempat, terdapat lubang yang dalam, di mana seluruh bahagian permukaannya telah hilang.

Melihat itu, orang ramai saling berpandangan.

TERTANYA-TANYA
"Bagaimana orang tua ini boleh mengatakan bahawa hatinya lebih indah?" fikir mereka.
Sementara itu, pemuda tampan tertawa.

"Tentu engkau bergurau, wahai orang tua," katanya.

"Kalau dibandingkan hatimu dengan hatiku, apa yang aku ada ini adalah sangat sempurna, sedangkan kepunyaanmu begitu berantakan dengan bekas-bekas luka dan air mata," lanjutnya lagi.

"Ya, memang benar" tukas si tua penuh kesabaran.

"Kepunyaanmu adalah sempurna, namun aku tidak sesekali akan menukarnya dengan hatimu. Andai saja kau lihat wahai anak muda, setiap bekas luka di hatiku ini mewakili setiap seorang yang telah aku berikan cintaku buat mereka. Aku merobek sepotong hatiku dan memberikannya kepada mereka, dan setiap kali itu juga mereka memberiku sepotong dari hati mereka untuk mengisi tempat kosong di hatiku ini, tetapi kerana potongan-potongan itu tidak tepat, lalu menyebabkan ketidaksempurnaannya, bahkan ia kelihatan kasar dan tidak rata.

Namun, aku tetap menghargainya, kerana pemberian mereka mengingatkanku pada cinta yang terbina bersama antara kami. " Panjang lebar bicara orang tua. Si pemuda tampan terpaku mendengar patah katanya.

"Kadang-kadang aku telah memberikan potongan hatiku, tetapi orang yang kuberikan potongan hatiku itu, tidak memberikan kembali sepotong hatinya kepadaku. Inilah yang mengakibatkan wujudnya lubang-lubang ini. Kau tahu wahai anak muda, sesungguhnya memberikan cinta adalah bermakna memberikan peluang dan kesempatan. Walaupun bekas robekan itu menyakitkan, ia akan tetap terbuka lantas mengingatkanku tentang cinta yang masih aku miliki untuk mereka. Dan aku berharap suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lompong-lompong kosong yang sekian lama kutunggu-tunggu agar ia diisi.

Nah, sekarang fahamkah engkau tentang kecantikan sejati? " Si tua mengakhiri kata-katanya.

Pemuda tampan itu terus terdiam. Dia menundukkan kepala dengan air mata mengalir di pipinya. Dia menghampiri orang tua, mengambil hatinya yang sempurna, muda dan cantik itu dan merobek keluar satu potongan darinya. Dia menawarkan potongan tersebut kepada orang tua dengan tangan gementar.

Si tua itu menerima pemberian tersebut lalu meletakkannya pada hatinya dan kemudian mengambil pula sepotong dari bekas luka lama di hatinya dan menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu.

Sungguhpun ia sesuai, tetapi ia tidak sempurna, kerana ada beberapa tanda patahan.
Orang muda itu menatap hatinya yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, lantaran cinta dari hati orang tua itu kini mengalir kepada hatinya. Mereka bergandingan dan berjalan bersama meninggalkan orang ramai terus terpaku dengan peristiwa menginsafkan itu.

HATI YANG PALING INDAH
Saya menangis. Seakan terpancar kefahaman di dalam diri ini bagaimana anjuran ‘mencintai’ yang dimaksudkan oleh junjungan mulia, Muhammad SAW menerusi sabdanya yang bermaksud :

“Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah SAW, dari Rasulullah SAW, baginda bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Ia bermaksud, memberi sepenuh hati. 100%. Yang terbaik!

Why does donkeys see the demons and cocks see the angels?

Here the miracle of our Prophet Muhammad, God''s blessings and peace is upon him..


A prophetic tradition, peace is upon him, which he says:
"If you have heard the voices of cocks ask Allah of His bounty, they saw an angel and if you have heard braying donkeys, you seek 
refuge with God from demon, they saw demon"
How we have heard this talk. Did not stand on it? And we did not expect containing a scientifically discovery witch amazing the world When discovered.

• The ability of the human visual system is limited and different from the visual capacity of the donkeys, which in turn differ in their capacity as the ability of the visual of cocks.Thus, the ability of human vision is limited, not to see what is under the red rays and over the UV radiation.


But the ability of cocks and donkeys are more than that.

• The question here is.. How can the donkey and the cock sees and the demons and angels.

1. The donkey can view the red rays, and the devil, one of the committees created from the fire so, from the infra-red of the opinion that donkey does not see angels, but see the jinn.

2. The cocks view through UV radiation, and the angels created from light, so from the UV rays, so the cocks can see angels.

• This explains why does the demons escape when we remembrance of Allah.The reason is: The angels came to the place of God is mentioned.. Devils escaped.

• Why do the devils escape in the presence of the angels?The answer: because the devils to be harmed by the light of the angels.

In other words:
If UV rays met with infrared rays in one place, the red rays will disappears.

Who told Muhammad, God''s blessings and peace is upon him, of all this scientific information 1400 years ago.
Source: http://www.shvoong.com/books/classic-literature/1904603-donkeys-demons-cocks-angels/#ixzz1Xa2AsdUQ


Akhlak seorang pemimpin


Tips-tips seorang pemimpin yang adil dari Imam Ali kw.*:

1.      Jangan sekali-kali merasa bangga akan dirimu sendiri atau merasa yakin akan apa saja yang kau banggakan tentang dirimu. 
 
2.      Jangan jadikan dirimu sebagai penggemar puji-pujian yang berlebihan. Yang demikian itu merupakan kesempatan terbaik bagi setan untuk menghancur-luluhkan hasil kebajikan orang-orang yang berbuat baik. 
 
3.      Jangan mengungkit-ungkit kebaikan yang kau lakukan untuk rakyatmu atau membesar-besarkan jasa yang pernah kau perbuat, atau menjanjikan sesuatu kepada mereka lalu kau tidak memenuhinya. 
 
4.      Perbuatan mengungkit-ungkit suatu kebajikan, memusnahkan pahalanya. 
 
5.      Membesar-besarkan kebaikan diri, menghilangkan sinar kebenarannya. 
 
6.      Menyalahi janji, menghasilkan kebencian di sisi Allah dan di sisi manusia. 
 
7.      Jangan tergesa-gesa mengerjakan sesuatu sebelum waktunya, atau melalaikan di saat kau mampu melakukannya. 
 
8.      Jangan pula memaksakan diri ketika masih diliputi keraguan, atau kehilangan semangat bila telah jelas kebaikannya. 
 
9.      Letakkanlah segala sesuatu pada tempatnya yang selayaknya dan kerjakanlah segala sesuatu pada waktunya.
 
 10.  Jangan mengkhususkan dirimu dengan sesuatu yang menjadi hak bersama orang banyak. 
 
11.  Jangan berpura-pura tidak mengetahui sesuatu yang sudah jelas bagi setiap penglihatan. Hal itu pasti akan diambil kembali darimu untuk mereka yang lebih berhak. Dan sebentar lagi akan tersingkap penutup segala yang bersangkutan denganmu, dan setiap orang yang kau langgar haknya pasti akan direnggutkan kembali haknya itu darimu. 
 
12.  Kendalikan luapan amarahmu, kekerasan tindakanmu, kekejaman tanganmu, dan ketajaman lidahmu. 
 
13.  Jagalah keselamatan dirimu dengan menahan gejolak emosimu dan menagguhkan hukumanmu sampai saat redanya kembali amarahmu. Sehingga dengan begitu kau mampu memilih yang paling bijaksana. 
 
14.  Bahkan tidak memutuskan sesuatu kecuali setelah cukup menyibukkan hatimu dengan mengingat saat kau dikembalikan kepada Tuhanmu kelak. 
 
15.  Rendahkanlah sayapmu bagi rakyatmu, lunakkan sikapmu untuk mereka, cerahkan wajahmu di hadapan mereka. 
 
16.  Jangan membeda-bedakan perlakuanmu terhadap mereka walaupun dalam lirikan dan pandangan mata. Sedemikian rupa sehingga “orang-orang penting” tidak timbul keserakahannya mengharapkan penyelewenganmu demi kepentingan mereka, dan kaum lemah tidak menjadi putus asa akan keadilanmu demi membela nasib mereka. 
 
17.  Jangan berpura-pura mengerjakan ketaatan untuk Allah secara terang-terangan, dengan maksud melakukan pembangkangan secara sembunyi. 
 
18.  Barangsiapa telah menyamakan antara perbuatannya yang rahasia dan terbuka, serta antara tindakan dan ucapannya, maka sesungguhnya ia telah menunaikan amanat dan mengikhlaskan pengabdian kepada Allah SWT. 
 
19.  Jangan sekali-kali memperlakukan rakyat dengan cara yang kasar dan keji. Jangan menjauhkan diri dari mereka disebabkan Anda merasa lebih mulia sebagai penguasa atas mereka.
 
---------------------
* Dikutip dari Mutiara Nahjul Balaghah.

WALLAHUA'LAM. 

Buat renungan...