Cara mendidik diri untuk menangis kepada ALLAH.



Banyakkanlah olehmu menangis daripada ketawa ketika hidup di dunia. dan beruntunglah orang yang banyak menangis ketika hidupnya.dan orang yang banyak menangis keranaNYA adalah orang yang dekat dengan TUHANNYA.

Cara mendidik diri untuk menangis keranaNYA :
  1.  Dengar alunan bacaan Al-Quran dari qariah-qariah yang kita minati dan yang merdu suaranya. 
  2.  Baca dan hayati kisah hidup Rasulullah SAW. Teliti dan hayati bagaimana perit dan jerih baginda dalam memartabat dan memperjuangkan Islam.
  3.  Rajin-rajinlah menziarahi hospital dan melihat orang-orang yang ALLAH uji diri mereka dengan sesuatu penyakit dan bandingkan dengan diri kita.
  4.  Sentiasalah menziarahi kuburan-kuburan agar kita sedar akan hakikat kehidupan kita yang hanya sementara dan tentunya pasti akan MATI.
  5.  Membaca berita-berita semasa berkenaan Negara-negara dan keadaan dunia yang mana ALLAH TAALA timpakan ujian dan mungkin peringatan kepadanya.
  6. Menonton filem-filem yang dapat member manfaat kepada kita dan dapat merasai akan segala kekuasaanNYA.

Moga-moga ALLAH membuka dan melembutkan hati kita…

Akhlak Ahlullah.

Berakhlak dengan Akhlak Al Quran

Orang yang menghapal Al Quran hendaklah berakhlak dengan akhlak Al Quran. Seperti Nabi Muhammad Saw. Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab: “Akhlak Nabi Saw adalah Al Quran”. Penghapal Al Quran harus menjadi kaca yang padanya orang dapat melihat aqidah Al Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya, dan agar ia membaca Al Quran dan ayat-ayat itu sesuai dengan perilakunya, bukannya ia membaca Al Quran namun ayat-ayat Al Quran melaknatnya.

Dari Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca (menghapal) Al Quran, berarti ia telah memasukkan kenabian dalam dirinya, hanya saja Al Quran tidak diwahyukan langsung kepadanya. Tidak sepantasnya seorang penghapal Al Quran ikut marah bersama orang yang marah, dan ikut bodoh bersama orang yang bodoh, sementara dalam dirinya ada hapalan Al Quran “.

Makna kata “yajidu” adalah dari al wajd atau al wijdan, yang berarti: amat marah atau amat sedih. Dengan pengertian ia dikuasai oleh perasaannya, dan hal itu mempengaruhi perilakunya.

Ibnu Mas`ud r.a. berkata: penghapal Al Quran harus dikenal dengan malamnya saat manusia tidur, dan dengan siangnya saat manusia sedang tertawa, dengan diamnya saat manusia berbicara, dan dengan khusyu`nya saat manusia gelisah. Penghapal Al Quran harus tenang dan lembut, tidak keras, tidak sombong, tidak bersuara kasar atau berisik dan tidak cepat marah.

Ibnu Mas`ud r.a. seakan sedang berbicara kepada dirinya sendiri, karena ia adalah salah seorang imam penghapal Al Quran, dan ia menjadi orang yang betul-betul sesuai dengan prediket penghapal Al Quran. Ibnu Mas`ud juga mengecam orang-orang yang: Al Quran diturunkan kepada mereka agar mereka mengamalkan isinya, namun ia hanya menjadikan kegiatan mempelajari Al Quran itu sebagai amalnya! Salah seorang dari mereka dapat membaca Al Quran dari awal hingga akhirnya tanpa salah satu huruf-pun, namun ia tidak mengamalkan apa yang terdapat dalam Al Quran itu!

Seorang zahid yang terkenal; Fudhail bin `Iyadh, berkata: pembawa (penghapal) Al Quran adalah pembawa bendera Islam, maka ia tidak boleh bermain-main bersama orang-orang yang senang bermain, tidak lupa diri bersama orang yang lupa diri dan tidak bercanda bersama orang yang bercanda, sebagai bentuk penghormatan terhadap hak Al Quran.

Ia berkata: seorang penghapal Al Quran harus tidak butuh kepada orang lain, tidak kepada para khalifah, dan tidak pula kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Sebaliknya, ia harus menjadi tumpuan kebutuhan orang.

Sebagian salaf berkata: “ada seorang hamba yang saat memulai membaca satu surah Al Quran, maka malaikat akan terus berdoa baginya hingga ia selesai membacanya. Dan ada orang yang membaca satu surah Al Quran, namun malaikat terus melaknatnya hingga ia selesai membacanya”. Seseorang bertanya kepadanya: “mengapa bisa terjadi seperti itu?”. ia menjawab: “Jika ia menghalalkan apa yang dihalalkan Al Quran dan mengharamkan apa yang diharamkan Al Quran maka malaikat akan berdoa baginya, namun jika sebaliknya maka malaikat akan melaknatnya!”.

Sebagian ulama berkata: ada seseorang yang membaca Al Quran dan ia sedang melaknat dirinya sendiri, dengan tanpa sadar. Ia membaca: “ala la`natullah `ala azh zhaalimiin” (sesungguhnya laknat Allah diberikan kepada orang-orang zalim), sementara ia adalah orang yang zalim! dan membaca “ ala la`natullah ala al mukdzibiin” (sesunguhnya laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta), sementara ia termasuk golongan yang mendustakan itu!

Inilah makna perkata Anas bin Malik r.a.: Ada orang yang membaca Al Quran, dan Al Quran itu melaknatnya! Al Hasan berkata: Kalian menjadikan membaca Al Quran sebagai stasion-stasion, dan menjadikan malam sebagai unta (kendaraan), yang kalian kendarai, dan dengannya kalian melewati stasion-stasion itu. sementara orang-orang sebelum kalian jika melihat risalah-risalah dari Rabb mereka, maka mereka segera mentadabburinya pada malam hari, dan melaksanakan isinya pada siang hari!

Maisarah berkata: Yang aneh adalah Al Quran yang terdapat dalam diri orang yang senang melakukan perbuatan dosa! Keanehan itu terjadi karena Al Quran berada di satu lembah, sementara akhlak penghapal Al Quran itu dan perilakunya berada di lembah lain! Abu Sulaiman Ad Daarani berkata: Neraka Zabbaniah lebih cepat dimasuki oleh penghapal Al Quran –yang melakukan maksiat kepada Allah SWT—dibandingkan penyembah berhala, saat mereka melakukan maksiat kepada Allah SWT setelah membaca Al Quran!

Sebagian ulama berkata: Jika seorang anak Adam membaca Al Quran kemudian ia berlaku buruk, setelah itu ia kembali membaca Al Quran, Dia berkata kepada orang itu: “Apa hakmu membaca firman-Ku, sementara engkau berpaling dari-Ku?!”. Ibnu Rimah berkata: Aku menyesal telah menghapal Al Quran, karena aku mendengar bahwa orang-orang yang menghapal Al Quran akan ditanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan sama yang diajukan kepada para Nabi pada hari kiamat!.

Tidak aneh jika para penghapal Al Quran dari kalangan sahabat adalah mereka yang berada di barisan pertama saat shalat di Masjid, yang berada di garis terdepan saat jihad, dan orang yang pertama melakukan kebaikan di tengah masyarakat. Dalam sebagian peperangan perluasan wilayah Islam, ada orang yang berteriak: wahai para penghapal surah Al Baqarah, hari ini sihir tidak telah lenyap! Seperti terjadi pada perang Yamamah yang terkenal dan dalam perang melawan kelompok murtad. Huzaifah berkata pada hari yang menegangkan itu: wahai para penghapal Al Quran, hiasilah Al Quran dengan amal perbuatan kalian. Pada hari Yamamah (peperangan melawan gerakan riddah) Salim maula Abi Huzaifah, saat ia membawa bendera pasukan Islam, ditanya oleh kaum Muhajirin: “Apakah engkau tidak takut jika kami berjalan di belakangmu?” Ia menjawab: “Sepaling jelek penghapal adalah aku, jika aku sampai berjalan di belakang kalian dalam perang ini!”.

Dalam peperangan Yamamah, saat memerangi Musailimah al Kazzab, sejumlah besar penghapal Al Quran mendapatkan mati syahid, karena mereka selalu berada di barisan terdepan. Hingga ada yang mengatakan: mereka berjumlah tujuh ratus orang. Inilah yang mendorong dilakukannya pembukuan Al Quran, karena ditakutkan para penghapal Al Quran habis dalam medan jihad.

Cara menghapal mereka membantu mereka untuk melaksanakan isi Al Quran itu. Perhatian mereka tidak hanya untuk menghapal kalimat-kalimat dalam Al Quran itu saja. Namun yang mereka perhatikan adalah memahami makna dan mengikutinya, baik dalam bagian perintah maupun larangan.

Imam Abu Amru Ad Dani menulis dalam kitabnya “Al Bayan” dengan sanadnya  dari Utsman dan Ibnu Mas`ud serta Ubay r.a.: Rasulullah SAW membacakan kepada mereka sepuluh ayat, dan mereka tidak meninggalkan ayat itu untuk menghapal sepuluh ayat selanjutnya, hingga mereka telah belajar untuk menjalankan apa yang yang terdapat dalam sepuluh ayat itu. Mereka berkata: kami mempelajari Al Quran dan beramal dengannya sekaligus.

Abdurrazzaq meriwayatkan dalam Mushannafnya dari Abdurrahman As Sulami, ia berkata: Kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran, tidak akan mempelajari sepuluh ayat selanjutnya, hingga kami mengetahui halal dan haramnya, serta perintah dan larangannya (terlebih dahulu).

Dalam kitab Muwath-tha Malik ia mengatakan: disampaikan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar mempelajari surah Al Baqarah selama delapan tahun. Hal itu terjadi karena ia mempelajarinya untuk kemudian mengamalkan kandungannya, ia memerintahkan dengan perintahnya, dan melarang dari larangan-larangannya, dan berhenti pada batas-batas yang diberikan oleh Allah SWT.

Oleh karena itu Ibnu Mas`ud berkata: Kami merasa kesulitan menghapal Al Quran, namun kami mudah menjalankan isinya. Sedangkan orang setelah kami merasakan mudah menghapal kalimat-kalimat Al Quran, namun mereka kesulitan untuk menjalankan isinya.

Dari Ibnu Umar ia berkata: Orang yang mulia dari sahabat Rasulullah SAW dari generasi pertama umat ini, hanya menghapal satu surah dan sejenisnya, namun mereka diberikan rezki untuk beramal sesuai dengan Al Quran. Sementara generasi akhir dari umat ini, mereka membaca Al Quran, dari anak kecil hingga orang buta, namun mereka tidak diberikan rezki untuk mengamalkan isinya!

Mu`adz bin Jabal berkata: “Pelajarilah apa yang kalian hendaki untuk diketahui, namun Allah SWT tidak akan memberikan pahala kepada kalian hingga kalian beramal!”.

http://layananquran.com/index.php?option=com_content&task=view&id=202&Itemid=9

Jahiliyah seorang Dai'e.

Bismillahirrahmanirrahim

Dia telah mendengar pengisian-pengisian yang menyentap tangkai jantungnya untuk bangkit menegakkan Deen. Dia telah menelan makna sebenar kesaksian. Dia telah bersetuju menggalas dakwah ini di atas bahunya, dia telah rapi mengatur langkah nya bersama rombongan angkatan pejuang al haq ini.

Dia juga telah membuka seluruh jiwanya untuk menerima kehadiran berita-berita pedih yang bakal muncul di sepanjang jalan yang sangat panjang ini. Dia sudah mula menghiasi kotak mindanya dengan merenung keruntuhan umat, dan membenarkan hal itu merobek-robek hatinya yang rindu melihat Islam kembali tertegak di tanah tempat dia berpijak. Ya, dia seorang dai’e yang baru mulai sedar, bahawa dia seorang dai’e!
Namun, dia juga yang kemudiannya menonton movie di depan laptop. Bukan satu atau dua movie dalam simpanannya, tapi satu folder nya penuh dengan movie pelbagai tema. Kadang-kadang dia menonton secara online.

Dai’e itu juga yang selepas habis berhalaqah, dia bermain permainan video di komputer. Kadang-kadang sendiri, kadang pula berteman. Tak juga mustahil, temannya itu juga seorang dai’e!

Ada masa, dia seorang dai’e yang tekun membaca komik. Ada masa pula, novel menjadi pilihan – twilight, di persisiran rindu, eat pray love, dan bermacam lagi. Dia lah dai’e yang selepas berpenat mengharungi musim peperiksaan lalu dia berehat dengan membelek majalah-majalah hiburan untuk mencari secebis keseronokan.

Facebook apa kurangnya, buat dia terhibur. Kadang berjam-jam juga dia melekat. Dia dai’e yang rancak melayan chatting, comment-comment sana sini, like itu ini, dan seribu macam lagi interaksi di laman Facebook yang tidak penting pun sebenarnya. Kadang-kala, sehingga solat dilengah-lengahkannya.

Dia juga merupakan dai’e yang masih ringan menjaga ikhtilat – masih ber’sms’ dan becakap di telefon dengan corak ikhtilat yang sepatutnya tidak terlihat pada seorang dai’e yang sudah faham.

Ada waktu pula, dia adalah dai’e yang masih berkeinginan untuk pergi ke tempat-tempat ‘bergembira’ seperti panggung wayang misalnya, atau keraian-keraian yang ada terselit unsur-unsur lagha. Dengan rasional bahawa, dia jaga pakaian, dia bukan pergi dengan couple, dia bukan pergi lama, dan bermacam bentuk lagi alasan untuk membenarkan kehendak dalam dirinya itu. Tak kurang juga alasan yang berbunyi, dia kan seorang dai’e, dia kan pergi usrah, dia kan rancak berprogram! Sekali sekala ke birthday party bukan salah pun.

Sounds familiar? Itulah hakikat seorang dai’e, atau bukan seorang tapi ramai sebenarnya, dai’e yang  masih gagal mengikis karat-karat jahiliyah pada dirinya. Kefahaman tentang tugasnya terhadap deen sudah ada, malangnya dia masih gagal menolak kehendak nafsu yang membisik-bisik dalam dirinya – yaitu dorongan rasa mahu untuk mendapat secebis keseronokan di sebalik aktiviti-aktiviti sia (lagha) itu.

Wahai dai’e! Bagaimana kamu mahu menyeru manusia kepada Rabb, agar bertuhankan Allah dan HANYA Allah sahaja, sedangkan kamu sendiri masih bertuhankan kehendak-kehendak yang bersembunyi dalam diri kamu itu? Kamu masih dibayangi telunjuk kemahuan-kemahuan itu?
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
(al-jatsiyah ayat 23)
Wahai dai’e! sedarkah kamu bahawa gerak kerja ini perlukan perkakasan yang benar-benar baik dan mantap kalau ia ingin dilaksanakan dengan jaya. Sedarkah kamu bahawa kita sudah tak punya masa, kita sudah kesuntukan tenaga.

Masih ingatkah kamu wahai dai’e, akan sepuluh wasiat yang Imam Hassan Al-Banna tinggalkan?

1.Dirikanlah solat dengan segera apabila mendengar azan walau dalam apa keadaan sekalipun.

2.Bacalah alQur’an atau bacalah buku-buku atau dengarlah perkataan yang baik-baik atau berzikirlah kepada Allah dan janganlah membuang masa walau sedikit pun dalam perkara yang tiada faedah.

3.Berusaha dan bersungguh-sunggulah saudara untuk bertutur Bahasa Arab yang betul (fus_hah) kerana sesungguhnya itu adalah antara syi’ar-syi’ar Islam.

4.Janganlah banyak bertengkar dalam apa-apa perkara sekalipun kerana pertengkaran tidak memberi sebarang kebaikan.

5.Janganlah banyak ketawa kerana hati yang sentiasa berhubung dengan Allah itu sentiasa tenang lagi tenteram.

6.Janganlah bergurau kerana ummat yang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam semua perkara.

7.Janganlah saudara meninggikan suara lebih daripada kadar keperluan para pendengar kerana suara yang nyaring itu adalah suatu resmi yang sia-sia dan menyakiti hati orang.

8.Jauhilah mengumpat peribadi orang, mengecam pertubuhan-pertubuhan, dan janganlah bercakap melainkan yang boleh mendatangkan kebaikan.

9.Berkenal-kenalanlah dengan tiap-tiap saudaramu walaupun ia tidak meminta saudara berkenalan kerana asa gerakan da’wah kita ialah berkasih sayang dan berkenal-kenalan.

10.Kewajipan-kewajipan kita lebih banyak daripada masa yang ada. Oleh itu tolonglah saudaramu sendiri tentang cara-cara bagaimana hendak menggunakan masa dengan berfaedah dan jika saudara mempunyai tugas sendiri, maka ringkaskanlah perlaksanaannya.

Sedarkah kamu wahai dai’e, jalan ini sudah tersedia sangat panjang dan penuh liku, dan ia akan jadi bertambah panjang dan berliku kalau peserta-peserta nya dipikat-pikat oleh kepalsuan manisnya noda jahiliyah.

Sedarkah kamu wahai dai’e, bukan dakwah yang memerlukan kamu, bukan dakwah yang akan rugi kalau kamu tidak kikis dan buang karat jahiliyah itu. Akan tetapi kamu yang akan rugi, akan lebih sakit dan payah, akan lebih perlahan dan akhirnya kecundang. Mahukah kamu tersingkir dari rombongan ini?

Wahai dai’e yang di sayangi, sedarlah betapa bertuahnya kamu kerana dipilih oleh Allah untuk menemui erti perjuangan ini lantas turut bersamanya. Betapa bertuahnya kamu kerana mengenal al haq. Maka jangan lah kamu cemarkan kesucian al haq itu dengan noda jahiliyah yang kamu tak ingin tinggalkan.
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang benar itu dengan yang salah, dan kamu sembunyikan yang benar itu pula padahal kamu semuam mengetahuinya.”
(albaqarah:42)
Wahai dai’e yang sedang menelan pahitnya mujahadah, sesungguhnya kamu sudah mengerti hakikat ini. Dan kamu memang sedar akan kesulitan ini. Ya, kamu sedang berperang dengan nafsu, kamu sedang lelah berlawan dengan sisa jahiliyah yang begitu bertubi-tubi serangan nya sambil bergerak memikul dakwah di atas dada kamu.

Andai kamu hampir tewas, moga ini jadi semboyan nya. Andai kamu hampir terlena, moga ini jadi penggera nya.

Ayuh dai’e!! Tinggalkan semua kenikmatan palsu itu, andai kamu merasa dunia ini banyak pesonanya, ingatlah bahawa rahmat dan syurga Allah itu jauh lebih manis dan indah, dan Dia tidak sekali-kali mungkir pada janjiNya. Asalkan kamu,
benar-benar berjihad!
“Jika kamu tidak pergi beramai-ramai (untuk berperang pada jalan Allah – membela ugamaNya), Allah akan menyeksa kamu dengan azab seksa yang tidak terperi sakitnya dan Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat mendatangkan bahaya sedikitpun kepadaNya. Dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
(attaubah:39)
Ayuh wahai dai’e, kita maju ke hadapan!



Penulis asal : Eushahida Farizza Raffar
Blog : http://eushahidaraffar.com/